Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

Thursday, November 10, 2011

Islamic Worldview 8

 Sifat – sifat Tuhan yang dipahami dalam Islam tidak sama seperti konsepsi Tuhan yang dipahami pada berbagai tradisi agama di dunia; tidak pula sama seperti konsepsi Tuhan yang dipahami pada tradisi filosofis di Yunani dan Yunani kuno. Bukan pula seperti konsepsi Tuhan yang dipahami di tradisi ilmiah dan filosofi di barat; bukan pula tradisi mistis di Timur dan Eropa.

Kemiripan yang sama yang mungkin ditemukan pada berbagai konsepsi Tuhan dengan sifat-sifat Tuhan yang dipahami di Islam tidak bisa ditafsirkan sebagai bukti identitas dari Tuhan alam semesta yang tunggal dalam berbagai konsepsi dari sifat-sifat Tuhan; untuk setiap dan tiap-tiap konsepsi mereka merupakan dan termasuk pada sistem konsepsi yang berbeda yang mana butuh untuk diterapkan pada konsepsi sebagai seluruh atau sistem super agar menjadi berbeda –satu sama lain. Tidak ada satupun sebuah hubungan kesatuan agama yang bersifat transcendent, jika kesatuan berarti satu-satunya atau kesamaan dan jika kesatuan tidak berarti satu-satunya atau kesamaan, maka terdapat perbedaan atau ketidak samaan dari agama bahkan pada tingkat transcendent. Jika hal tersebut memanglah sesuatu yang bersifat kebetulan atau ketidak miripan pada tingkat dan hal itu  dengan kesatuan berarti ketersambungan dari bagian yang membutuhkan keseluruhan, sehingga hal tersebut mengikuti bahwa pada tingkat keberadaan yang biasa, dalam umat manusia yang sama adalah hal yang menjadi batasan kemanusiaan dan alam semesta materi. Agama apapun tidak sempurna secara sendiri dan dalam dirinya tidak cukup untuk mewujudkan tujuannya, dan hanya bisa mewujudkan tujuannya, yang mana tujuan yang benar hanya kepada satu tuhan alam semeeta tanpa menyekutukannya dengan sekutu, tandingan, atau sejenisnya pada tingkat transcenden.
Tapi agama berarti kemudian mewujudkan tujuannya secara tepat pada tingkan keberadaan yang mana manusia menjadi hal utama pada keterbatasan dari sifat kemanusiaan dan alam semesta materi, dan tidak ketika umat manusia tidak menjadi sasaran utama kepada batasan ini sebagaimana istilah transcenden maksudkan. Jika transcenden berarti rujukan kepada sebuah kondisi kerangka tidak termasuk dibawah salah satu sepuluh kategori, yang tuhan maksudkan dengan secara keras, tidak pula agama tuhan (ilah) dalam makna bahwa ada suatu hal yang dimaksud dengan kesatuan agama pada tingkat tersebut. Pada tingkat tersebut, Tuhan dianggap sebagai rabb, bukan sebagai ilah, dan menganggap diriNya sebagai Rabb, tidak seperlunya berakibat pada kesatuan atau kesamaan pada tingkat yang pengakuan yang sebenarnya terhadap pengakuan kebenaran yang diakui, karena iblis juga mengakui Tuhan sebagai rabb dan tidak sepenuhnya mengakuiNya dengan benar. Memang, semua keturunan Adam sudah mengakui Nya sebagai rabb pada tingkat tersebut. Tapi anggapan umat manusia terhadap diriNya seperti itu tidak benar hingga diikuti oleh pengakuan yang benar pada tingkat mana diriNya dianggap sebagai ilah. Dan pengakuan yang benar pada tingkat dimana Dia dianggap sebagai ilah terdiri atas dengan tidak menyekutukanNya dengan sekutu, saingan, atau sejenisnya dan dalam beribadah kepadaNya dalam tindakan dan bentuk yang disetujui oleh Nya dan ditunjukkan oleh utusan Nya. Jika transcenden berarti kondisi psikologis pada tingkan pengalaman dan kesadaran dimana melampaui atau melebihi yang dari kebanyakan umat manusia, kemudian kesatuan yang dialami dan dibuat sadar pada tingkat kesadaran bukan dari keagamaan, tapi dari pengalaman dan kesadaran keagamaan yang datang pada hanya pada indvidu yang relative sedikit di antara manusia. Namun agama berarti menyadari tujuannya pada umat manusia secara umum; dan umat manusia secara keseluruhan tidak bisa berada pada tingkat transenden untuk dimana menjadi kesatuan pada tingka tersebut. Kemudia jika hal tersebut diingkari sehingga kesatuan pada tingkat tersebut adalah keterhubungan dari perbedaan atau keragaman agama sebagai bagian dari kewajiban keseluruhan, dari pada setiap agama pada tingkat keberadaan yang biasa bukan bagian dari keseluruhan, tapi menyeluruh itu sendiri kemudian kesatuan yang berarti berjumlah satu atau kesamaan tidak sebenarnya agama, tapi Tuhan dari agama pada tingkat transenden yaitu pencerahan mengakibatkan adanya pada tingkat kehadiran biasa dari agama, tiap agama cocok dan sah terbatas pada jalannya sendiri, tiap otentik dan membawa pada keterbatasan namun kebenaran yang sama. Gagasan dari keberagaman dari kebenaran dari keabsahan yang sama pada keragaman dan perbedaan agama adalah munkin terarah pada pernyataan dan kesimpulan umum dari filosofi dan ilmu pengetahuan modern yang muncul dari penemuan perbedaan dan keragaman hokum yang mengatur alam semesta mempunyai keabsahan yang sama pada sistem alam semesta nya sendiri.

No comments:

Post a Comment

sponsor