Sifat – sifat Tuhan yang dipahami dalam Islam tidak sama seperti konsepsi Tuhan yang dipahami pada berbagai tradisi agama di dunia; tidak pula sama seperti konsepsi Tuhan yang dipahami pada tradisi filosofis di Yunani dan Yunani kuno. Bukan pula seperti konsepsi Tuhan yang dipahami di tradisi ilmiah dan filosofi di barat; bukan pula tradisi mistis di Timur dan Eropa.
Kemiripan yang sama yang mungkin ditemukan pada berbagai konsepsi Tuhan dengan sifat-sifat Tuhan yang dipahami di Islam tidak bisa ditafsirkan sebagai bukti identitas dari Tuhan alam semesta yang tunggal dalam berbagai konsepsi dari sifat-sifat Tuhan; untuk setiap dan tiap-tiap konsepsi mereka merupakan dan termasuk pada sistem konsepsi yang berbeda yang mana butuh untuk diterapkan pada konsepsi sebagai seluruh atau sistem super agar menjadi berbeda –satu sama lain. Tidak ada satupun sebuah hubungan kesatuan agama yang bersifat transcendent, jika kesatuan berarti satu-satunya atau kesamaan dan jika kesatuan tidak berarti satu-satunya atau kesamaan, maka terdapat perbedaan atau ketidak samaan dari agama bahkan pada tingkat transcendent. Jika hal tersebut memanglah sesuatu yang bersifat kebetulan atau ketidak miripan pada tingkat dan hal itu dengan kesatuan berarti ketersambungan dari bagian yang membutuhkan keseluruhan, sehingga hal tersebut mengikuti bahwa pada tingkat keberadaan yang biasa, dalam umat manusia yang sama adalah hal yang menjadi batasan kemanusiaan dan alam semesta materi. Agama apapun tidak sempurna secara sendiri dan dalam dirinya tidak cukup untuk mewujudkan tujuannya, dan hanya bisa mewujudkan tujuannya, yang mana tujuan yang benar hanya kepada satu tuhan alam semeeta tanpa menyekutukannya dengan sekutu, tandingan, atau sejenisnya pada tingkat transcenden.